Pages

Senin, 24 Februari 2020

Perjuangan Memepertahankan Kemerdekaan Melalui Diplomasi


PERUNDINGAN LINGGAJATI
Lokasi
Linggajati, juga dieja Linggarjati, adalah sebuah desa di kecamatan Cilimus, Kuningan yang terletak di kaki Gunung Ceremai, Kabupaten Kuningan. Di tempat ini dilangsungkan Perundingan Linggarjati antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1946.
Waktu
Pada tanggal 7 Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai tanggal 11 November 1946.
Tokoh
Inggris sebagai pihak penengah diwakili oleh Lord Killearn.
Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir (Ketua) Muhammad Roem, Dr.A.K Gani dan Mr. Susanto Tirtoprojo, S.H
Belanda diwakili oleh Prof. Schermerhorn (Ketua), Van Pool dan De Boer.
Latar belakang
Selepas Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara Merdeka pada 17 Agustus 1945 dan terlepas dari jajahan Jepang. Belanda yang sebelumnya telah menjajajah Indonesia selama 350 tahun ingin kembali menjajah Indonesia.
Awalnya, 29 September 1945 pasukan sekutu dan AFNEI datang ke Indonesia (salah satunya) untuk melucuti tentara Jepang setelah kekalahan negara tersebut di perang dunia ke II. Namun kedatangan mereka ternyata diboncengi oleh NICA (Netherlands-Indies Civil Administration).
Hal tersebut menimbulkan kecurigaan pemerintah dan rakyat Indonesia, mereka menilai Belanda ingin kembali mencoba berkuasa di Indonesia. hingga akhirnya pertempuran- pertempuran pun terjadi, seperti di pertempuran 10 November di Surabaya, Pertempuran di Ambarawa, Medan area, Pertempuran Merah putih di Manado dll.
Karena sering terjadinya pertempuran-pertempuran yang merugikan kedua belah pihak dan beberapa alasan lainnya. Maka pihak kerajaan Belanda dan Indonesia pun sepakat untuk melakukan kontak diplomasi pertama dalam sejarah kedua negara.
Hasil perundingan
Hasil perundingan tersebut menghasilkan 17 pasal yang antara lain berisi: Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.

PERUNDINGAN RENVILLE
Lokasi
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Waktu
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Waktu pelaksanaan perjanjian renville ini dilakukan sejak tanggal 8 Desember 1947 dan penandatanganan perjanjian Renville dilakukan tanggal 17 Desember 1948.
Tokoh
Tokoh Delegasi Indonesia dalam perjanjian renville, diantaranya:
  • Ketua : Amir Syarifudin Harahap
  • Anggota lain : Ali Sastroamijoyo, Haji Agus Salim, Dr. Coa Tik Len, Dr. Johannes Leimena, Nasrun
Tokoh Delegasi Belanda dalam perjanjian renville, diantaranya:
  • Ketua : R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo
  • Anggota lain : Dr. P. J. Koest, Mr. Dr. Chr. Soumokil, Mr. van Vredenburg
Tokoh Penengah/Mediator dari PBB dalam perjanjian renville, diantaranya:
  • Ketua : Frank Porter Graham
  • Anggota : Richard Kirby, Paul van Zeeland
Latar belakang
Pada 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda. Gubernur Jenderal Van Mook dari Belanda memerintah gencatan senjata pada 5 Agustus. Pada 25 Agustus, Dewab Keamanan mengeluarkan resolusi kembali yang diusulkan oleh Amerika Serikat yaitu Dewan Keamanan akan menyelesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda secara damai dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri dari Australia (dipilih Indonesia), Belgia (dipilih Belanda) dan Amerika Serikat (dipilih Indonesia-Belanda).
Hasil perundingan
1. Wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (Garis Van Mook), yaitu garis khayal yang dibuat oleh Van Mook sebagai batas wilayah kekuasaan Indonesia dan kekuasaan Belanda berdasarkan Agresi Belanda pertama;
2. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai diserahkan pada Republik Indonesia Serikat yang segera dibentuk;
3. RIS memiliki kedudukan yang sejajar dengan negara Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda;
4. Republik Indonesia menjadi bagian dari Negara Republik Indonesia Serikat;
5. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara;
6. Pasukan Republik Indonesia yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah Republik Indonesia. Daerah kantong adalah daerah yang berada di belakang Garis Van Mook, yaitu garis yang menghubungkan dua daerah terdepan yang diduduki Belanda.




PERUNDINGAN ROEM-ROYEN
Lokasi
Perjanjian Roem-Roijen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.
Waktu
dimulai tgl 14 april 1949 & ditandatangani tgl 7 mei 1949.
Tokoh
tokoh delegasi indonesia yaitu Mohammad Roem dan tokoh delegasi belanda yaitu Herman Van Roijen.
dampak yang ditimbulkan : dgn tercapainya kesepakatan perjanjian tersebut, PDRI memerintahkan Sri Sultan Hamengkubuwono IX utk mengambil alaih pemerintahan di yogyakarta dari Belanda.
Latar belakang
Latar Belakang Perjanjian Roem Royen
Perundingan Roem Royen awalnya dilatarbelakangi oleh terjadinya serangan dari Belanda kepada Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Belanda melakukan serangan ke Yogyakarta serta serangan Agresi Militer Belanda II.
Hasil
Hasil dari perundingan Roem Royen, yaitu :
Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB) Kembalinya pemerintahan Republik Indonesia ke kota Yogyakarta. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tahanan perang dan politik.





KOMISI TIGA NEGARA
Waktu
KTN dibentuk pada tanggal 25 Agustus 1947, dengan tujuan untuk menghentikan gencatan senjata yang terjadi antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda.
Tokoh
Negara Australia yang dipilih oleh Bangsa Indonesia yang diwakili oleh Richard C. Kirby
Belgia yang dipilih oleh Belanda yang diwakili oleh Paul van Zeeland
Amerika Serikat adalah sebagai pihak yang netral diwakili oleh Dr. Frank Graham.
Latar Belakang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan Dewan Keamanan atau biasa disebut badan dunia yang ikut berperan dalam upaya menyelesaikan pertikaian antara Indonesia dengan Belanda.
Lembaga yang dibentuk oleh PBB dinamakan dengan KTN yang anggotanya terdiri atas beberapa Negara seperti Belgia mewakili Belanda, Australia mewakili Indonesia dan Amerika Serikat sebagai pihak ke tiga yang ditunjuk oleh Belgia dan Australia.
Latar belakang dari pembentukan KTN ini bermula ketika pada tanggal 20 Juli 1947, Van Mook menyatakan bahwa, ia merasa tidak terikat lagi dengan persetujuan Linggarjati dan perjanjian gencatan senjata.
Seperti yang diketahui bahwa pada tanggal 21 Juli 1947 tentara Belanda melancarkan Agresi Militer pertamanya terhadap pemerintah bangsa Indonesia.
KTN bertugas untuk mengawasi secara langsung penghentian aksi tembak-menembak sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Didalam permasalahan militer KTN dapat mengambil inisiatif untuk menyelesaikannya, sedangkan didalam masalah politik KTN hanya dapat memberikan saran atau usul karena tidak mempunyai hak untuk menentukan keputusan politik yang akan diambil oleh bangsa Indonesia.
Kemudian pihak Belanda membuat batas-batas wilayah dengan memasang patok-patok pada wilayah status quo. Kesulitan yang dihadapi oleh Komisi Tiga Negara adalah melewati garis Van Mook, karena Belanda sangat mempertahankan garis tersebut.
Garis Van Mook merupakan suatu garis yang berguna untuk menghubungkan pucuk-pucuk pasukan Belanda yang maju setelah perintah Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan aksi tembak-menembak.
Hasil
Komisi tiga negara / renvill memiliki hasil
1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur Indonesia di Yogyakarta.

PERUNDINGAN INTER INDONESIA
Lokasi
Konferensi ini diselenggarakan pada tanggal 19-22 Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal 31 Juli-2 Agustus 1949 di Jakarta. Peserta konferensi Inter-Indonesia merupakan wakil-wakil pemerintah RI dan wakil-wakil negara pada bagian yang dipimpin Van Mook
Waktu
Konferensi ini diselenggarakan pada tanggal 19-22 Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal 31 Juli-2 Agustus 1949 di Jakarta. Peserta konferensi Inter-Indonesia merupakan wakil-wakil pemerintah RI dan wakil-wakil negara pada bagian yang dipimpin Van Mook.
Tokoh
Delegasi RI ke Konferensi Inter Indonesia, terbentuk 18 Juli 1949 dipimpin oleh Wakil Presiden/PM Moh. Hatta.

Sedangkan delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak dan Anak Agung dari NIT.
Latar belakang
Latar belakang dilakukannya suatu Konferensi Inter Indonesia ini bermula ketika hasil Perjanjian Roem Royen yang menyatakan bahwa Indonesia ikut serta dalam KMB (Konferensi Meja Bundar).
Oleh alasannya itu, RI harus mempersiapkan diri dengan mengadakan suatu konferensi antar Indonesia yang dilakukan antara pihak Indonesia dan Negara Boneka Bentukan Belanda.
Sebab lainnya ialah suatu perubahan perilaku negara-negara cuilan BFO sehabis adanya serangan kedua Belanda yang kita kenal juga dengan nama Agresi Militer Belanda 2.
Karena simpati, negara-negara BFO ini lalu membebaskan beberapa pemimpin-pemimpin Indonesia. BFO juga turut andil dalam pelaksanaan Konferensi Inter Indonesia yang berlangsung di kota Yogyakarta.
Hasil
Setelah penetapan negara federal Republik Indonesia Serikat (RIS), lalu dapat diputuskan untuk mengadakan konferensi inter Indonesia kedua.
Berlangsung pada tanggal 30 Juli 1949, bertujuan untuk dapat membentuk atribut Negara dan panitia yang akan ikut dalam perjanjian KMB di Den Haag, Belanda.
Berikut ini adalah hasil konferensi kedua, antara lain :
  • Bendera Republik Indonesia Serikat yaitu sang saka merah putih.
  • Lagu kebangsaan RIS adalah Indonesia Raya.
  • Bahasa resmi (Nasional) Republik Indonesia adalah bahasan Indonesia.
  • Pemilihan Presiden ini yang ditentukan oleh negara cuilan Republik Indonesia dan BFO.
  • Membentuk suatu panitia yang bertugas dalam Konferensi Meja Bundar.
  • Anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Sementara) ditentukan oleh negara cuilan yang berjumlah 16 negara.


KONFRENSI MEJA BUNDAR
Lokasi
Konferensi Meja Bundar (KMB) (bahasa Belanda: Nederlands-Indonesische rondetafelconferentie) adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg)
Waktu
23 Agustus 1949 – 2 November 1949
Tokoh
Tokoh Konferensi Meja Bundar
Drs. Mohammad Hatta.
Nir. Moh. Roem.
Prof Dr. Mr. Supomo.
Dr. J. Leitnena.
Mr. Ali Sastroamicijojo.
Ir. Djuanda.
Dr. Sukiman.
Mr. Suyono Hadinoto.
Latar belakang
Latar belakang dari konferensi ini adalah kegagalan Belanda yang ingin meredam kemerdekaan Bangsa Indonesia dengan menggunakan cara kekerasan.
Kegagalan tersebut karena Belanda mendapat kecaman dari dunia luar. Namun sebelumnya, pihak dari Bangsa Indonesia dan Belanda sendiri telah melakukan perundingan lewat jalan diplomasi.
Kecaman dari dunia internasional sendiri dibuktikan dengan adanya resolusi dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mana isinya mengecam serangan militer Belanda yang akan dilakukan kepada Bangsa Indonesia.
PBB juga menyerukan untuk menyelesaikan perselisihan antara kedua belah pihak tersebut dengan cara perundingan.
Setelah diadakannya Perjanjian Roem Royen pada tanggal 6 Juli, rencananya akan diadakan sebuah konferensi yang mana nantinya dihadiri oleh para tokoh yang waktu itu masih diasingkan di Bangka. Namun, sebelumnya telah diadakan lebih dahulu Konferensi Inter-Indonesia pada tanggal 31 Juli hingga 2 Agustus 1949 di Yogyakarta.
Konferensi tersebut dihadiri oleh otoritas bagian dari Republik Indonesia Serikat yang nantinya akan dibentuk. Kemudian, para partisipan setuju dengan prinsip serta kerangka dasar dari konstitusi.
Hal inilah yang kemudian membentuk perwakilan Indonesia pada tanggal 11 Agustus 1949 untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.
Hasil
Dalam pelaksanaannya, tentu saja konferensi tersebut menghasilkan sebuah perjanjian yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. Berikut hasil dan isi dari Konferensi Meja Bundar.
1.       Belanda telah mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka.
2.     Pengakuan dari kedaulatan itu sendiri selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.
3.     Status dari Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam waktu satu tahun setelah pengakuan kedaulatan.
4.    Dibentuknya Uni Indonesia-Belanda untuk mengadakan sebuah kerja sama antara RIS serta Belanda yang dikepalai oleh Raja Belanda sendiri.
5.     Republik Indonesia Serikat (RIS) akan mengembalikan hak milik Belanda serta memberikan hak-hak konsesi dan izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
6.    Republik Indonesia Serikat diwajibkan untuk membayar semua hutang Belanda sejak tahun 1942.
7.     7. Kapal-kapal perang dari Belanda yang ada di Indonesia akan ditarik dengan beberapa catatan korvert akan diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat  (RIS).
8.     Tentara Kerajaan Belanda yang ada di Indonesia akan ditarik mundur, sedangkan untuk Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan namun dengan catatan bahwa beberapa anggota yang diperlukan akan dimasukkan ke dalam kesatuan Tentara Negara Indonesia (TNI).


Mempertahankan kemerdekaan


Perang mempertahankan kemerdekaan
1.Medan Area
Pertempuran Medan area merupakan satu di antara pertempuran yang bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Pertempuran Medan area tergolong pertempuran yang cukup lama yakni berlangsung sejak 9 Oktober 1945 sampai berakhir pada 15 Februari 1947.
Seperti namanya, Pertempuran Medan area berlangsung di Medan, Sumatera Utara.



Latar Belakang
Pertempuran Medan area diawali dengan mendaratnya pasukan Sekutu di Sumatera Utara pada 9 Oktober 1945 di bawah brigadier Jenderal TED Kelly.
Awalnya, kedatangan pasukan Sekutu ini disambut baik oleh pemerintah Indonesia di Sumatera Utara, seperti halnya kedatangan-kedatangan mereka di tempat lain.



Kronologi
Konflik antara pihak Indonesia dan Sekutu pun tidak dapat dihindarkan.
Insiden pertama meletus pada 13 Oktober 1945 di Hotel Bali Medan.
Insiden dipicu oleh aksi seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai warga setempat.
Melihat hal itu, para pemuda langsung menyerbu hotel tersebut hingga mengakibatkan 96 orang tewas yang sebagian besar merupakan orang-orang NICA.



2.Pertempuran Ambarawa
Karena satu hal ” Sejarah itu akan berulang kembali”. Segala kejadian, hal yang pernah terjadi di masa lampau, suatu saat akan terjadi pula di masa berikutnya dengan bebrapa variasi namun esensinya tetap sama. Selanjutnya kita akan belajar dari masa lalu dan tidak mengulangi kesalahan pendahulu.
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20 November 1945 dan berakhir sampai dengan tanggal 15 Desember 1945, antara pasukan TKR (indonesia) melawan pasukan sekutu (inggris). Ambarawa merupakan sebuah kota yang terletak diantara dua kota  yakni Semarang dan magelang, juga diantara Semarang dan Salatiga.

Peristiwa ambarawa ini dilatarbelakangi oleh mendaratnya pasukan Inggris dari Divisi India ke-23 di kota Semarang pada tanggal 20 oktober 1945. Pemerintah Indonesia memperkenankan sekutu untuk mengurus tawanan perang yang saat itu berada di penjara Magelang dan Ambarawa.
Perang di ambarawa dipimpin oleh kolonel sudirman, Sedangkan dari arah Magelang pasukan TKR Divisi V/Purwokerto di pimpin oleh Imam Androngi yang melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945. Serangan tersebut bertujuan untuk memukul mundur pasukan Inggris yang berada di desa Pingit.
Pasukan yang dipimpin oleh Imam Androngi ini herhasil menduduki desa Pingit dan melakukan perebutan terhadap desa-desa yang berada disekitarnya. Batalion Imam Androngi meneruskan gerakan pengejarannya terhadap Sekutu. Kemudian Batalion Imam Androngi diperkuat tiga batalion dari Yogyakarta, yaitu batalion Sugeng Batalion 10 di bawah pimpinan Mayor Soeharto dan Batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono.

3.Pertempuran 10 November
Peristiwa 10 November 1945 menjadi salah satu pertempuan terbesar dalam sejarah bangsa. Peristiwa itu memperlihatkan kepada dunia bahwa Bangsa Indonesia memiliki kekuatan. Pertempuran tersebut dipicu oleh berbagai hal, antara lain: Insiden Hotel Yamato Sebulan setelah memproklamirkan kemerdekaannya, Indonesia kembali diguncang berbagai insiden. Di Surabaya, Belanda mengibarkan bendera negara mereka di Hotel Yamato.

Bukan itu saja, pemerintah kala itu juga melakukan sosialisasi setelah menetapkan Bendera Merah Putih sebagai bendera nasional. DI berbagai daerah, muncul wacana untuk mengibarkan Bendera Merah Putih

Tetapi ultimatum tersebut tak dihiraukan. Rakyat Surabaya saat itu memutuskan untuk tetap mela wan hingga terjadilah pertempuran yang dikenal dengan nama Peristiwa 10 November dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.

4.Peristiwa Merah Putih
Peristiwa Merah Putih pada 14 Februari 1946
Dalam Peristiwa Merah Putih di Manado, para pemuda yang tergabung dalam pasukan KNIL kompi VII di bawah pimpinan Ch. Ch. Taulu bersama dengan rakyat melakukan perebutan kekuasaan di Manado, Tomohon, dan Minahasa pada tanggal 14 Februari 1946. Sekitar 600 orang pasukan dan pejabat Belanda berhasil ditawan. Pada tanggal 16 Februari 1946, dike-luarkan selebaran yang menyatakan bahwa kekuasaan di seluruh Manado telah berada di tangan bangsa Indonesia. 


Rencana Aksi
Pemuda Sulawesi Utara membentuk Barisan Pemuda Nasional Indonesia (BPNI) sementara NICA-Belanda di bawah perlindungan Sekutu menduduki kembali Indonesia Timur, khususnya Sulawesi Utara, dan segera berusaha memulihkan kekuasaannya dari masa Hindia-Belanda tetapi terlibat clash dengan pasukan pemuda BPNI.
NICA telah membentuk kembali LOI (organisasi pusat ketentaraan) sebesar 8 kompi yang terdiri dari tentara KNIL bekas pasukan Sekutu dengan menerima juga bekas Heiho-Jepang dan pensiunan militer (reserve corps).
Sesuai misi dari Ratulangi pasukan NICA ini harus disusupi oleh para pemuda pejuang militer untuk kemudian dibantu oleh pemuda (BPNI) mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Hal ini terlaksana sehingga di asrama militer di Teling-Manado dibentuk suatu organisasi gelap yang sangat rahasia oleh Freddy Lumanauw dan Wangko Sumanti yang dinamakan mereka: ‘’Pasukan Tubruk’’.
Akhir Desember 1945, seluruh pasukan Sekutu (Australia) meninggalkan Manado dan tugas Sekutu diserahkan kepada NICA-KNIL di bawah pimpinan Tentara Inggris yang berpusat di Makassar. BPNI melihat kesempatan ini dan pemimpinnya, John Rahasia dan Wim Pangalila, merancangkan suatu pemberontakan pemuda yang akan dibantu oleh Freddy Lumanauw dari Pasukan Tubruk di Teling.



bukti hukum untuk dapat dituntut di mahkamah militer.
Pada 28 Januari 1946, Freddy Lumanauw dan Mantik Pakasi dipanggil Komandan Garnisun, Kapten Blom, dan langsung dibawa ke penjara karena ada laporan bahwa mereka sedang mengatur komplot untuk menggulingkan kekuasaan KNIL di tangan Belanda. Pada 31 Januari Lumanauw dan Mantik dibawa di bawah pengawalan MP ke Tomohon dan langsung diperiksa oleh Oditur Militer Mr OE Schravendijck. Pada hari itu mereka dikembalikan ke penjara Manado karena mereka tidak bersedia mengungkapkan sebab dan latarbelakang sehingga mereka mulai berkomplot. Selama dalam tahanan ini mereka diberitahu oleh Frans Korah tentang perkembangan rencana persiapan kup yang diatur oleh Taulu, Wuisan dan Sumanti.



Menyusul kemenangan itu, pemimpin perjuangan Ch Taulu kemudian pada tanggal 15 Februari 1946 mengeluarkan Maklumat Nomor 1 yang berisi:
  1. Kemarin malam jam 01.00 tanggal 14 Februari 1946, oleh pejuang-pejuang KNIL dibantu para pemuda telah merebut kekuasaan dari pemerintahan Belanda (NICA) Sulawesi Utara dalam rangka mempertahankan Kemerdekaan RI yang diproklamirkan Ir Soekarno dan Mohammad Hatta;
  2. Rakyat Diminta membantu sepenuhnya perjuangan itu;
  3. Kepada pejuang untuk mengambil alih pemerintahan Belanda;
  4. Keamanan di seluruh Sulut dijamin Tentara RI Sulawesi Utara;
  5. Kantor-kantor pemerintaha harus bekerja seperti biasa;
  6. Kegiatan ekonomi harus tetap jalan seperti biasa (pasar-pasar, toko-toko, sekolah-sekolah). Bila ada pasar atau toko tidak buka akan disita;
  7. Barangsiapa yang berani melakukan pengacauan berupa penganiayaaan, penculikan, perampokan, pembunuhan dan sebagai akan segera dihukum mati di muka umum.
5.Pertempuran Bandung Lautan Api

Peristiwa bandung lautan api merupakan salah satu peristiwa sejarah yang sangat populer. Peristiwa sejarah ini terjadi saat Indonesia sedang menghadapi upaya untuk mempertahankan kemerdekaannya pasca proklamasi kemerdekaan tahun 1945.
Bandung Lautan Api adalah sebuah sebutan untuk peristiwa terbakarnya kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia dalam upaya menjaga kemerdekaan Indonesia. Pembakaran ini dilakukan oleh masyarakat Bandung sebagai bentuk respon atas ultimatum oleh sekutu yang memerintahkan untuk mengosongkan Bandung.
Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada bulan Maret 1946. Sejarah besar ini dilakukan oleh para masyarakat Bandung yang jumlahnya sekitar 200.000 orang. Dalam waktu tujuh jam, mereka melakukan pembakaran rumah serta harta benda mereka sebelum akhirnya pergi meninggalkan Bandung.
Peristiwa Bandung Lautan Api ini dilatarbelakangi oleh banyak hal, yaitu Brigade Mac Donald atau sekutu menuntut para masyarakat Bandung agar menyerahkan seluruh senjata dari hasil pelucutan jepang kepada pihak sekutu. Sekutu mengeluarkan ultimatum yang berisi memerintahkan agar kota Bandung bagian utara dikosongkan dari masyarakat Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945. Sekutu membagi Bandung menjadi dua sektor, yaitu sektor utara serta sektor selatan. Rencana pembangunan kembali markas sekutu di Bandung. gambar via: Jago Sejarah

Peristiwa Bandung Lautan Api ini dilatarbelakangi oleh banyak hal, yaitu:
·         Brigade Mac Donald atau sekutu menuntut para masyarakat Bandung agar menyerahkan seluruh senjata dari hasil pelucutan jepang kepada pihak sekutu.
·         Sekutu mengeluarkan ultimatum yang berisi memerintahkan agar kota Bandung bagian utara dikosongkan dari masyarakat Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945.
·         Sekutu membagi Bandung menjadi dua sektor, yaitu sektor utara serta sektor selatan.
·         Rencana pembangunan kembali markas sekutu di Bandung.

Kronologi Bandung Lautan Api bisa dirunut dari peristiwa saat pasukan sekutu mendarat di Bandung. Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada Oktober 1945. Para pejuang Bandung saat itu tengah gencar-gencarnya merebut senjata serta kekuasaan dari tangan Jepang.
Para pejuang Bandung memilih membakar Bandung dan lalu meninggalkannya dengan alasan tertentu. Maksudnya yaitu untuk mencegah tentara Sekutu serta tentara NICA Belanda dalam memakai kota Bandung sebagai markas strategis militer mereka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Operasi pembakaran Bandung ini dikatakan sebagai operasi “bumihangus”. Keputusan untuk membumihanguskan kota Bandung diambil lewat musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3), yang dilakukan di depan seluruh kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, tanggal 23 Maret 1946.
Hasil musyawarah itu lalu diumumkan oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion sebagai Komandan Divisi III TRI. Ia juga memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Lalu, hari itu juga, rombongan besar masyarakat Bandung mengalir. Pembakaran kota berlangsung malam hari sambil para penduduknya pergi meninggalkan Bandung.
6.Pertempuran Margarana
Perang Puputan Margarana merupakan sebuah perang kemerdekaan yang puncaknya meletus pada 20 November 1946.
Perang Puputan Margarana terjadi di Margarana yang terletak di utara Kota Tabanan, Bali antara pasukan Indonesia melawan Belanda.
Pasukan Indonesia dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Letkol I Gusti Ngurah Rai yang membawahi pasukan Ciung Wanara.
Istilah Perang Puputan dipakai karena peperangan tersebut dilakukan sampai pada titik darah penghabisan.


Latar Belakang
Pada intinya, Perang Puputan Margarana di Bali dilatarnelakangi oleh hasil Perundingan Linggarjati antara Belanda dan Indonesia.
Salah satu isi hasil Perundingan Linggarjati adalah Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi Jawa, Sumatera, dan Madura.


Awal Peristiwa
Pada sekitar pertengahan November 1946, I Gusti Ngurah Rai kemudian memberikan perintah kepada pasukannya yang bernama Ciung Wanara untuk melucuti persenjataan polisi NICA yang menduduki Kota Tabanan.
Perintah tersebut terlaksana tiga hari kemudian, persisnya pada 19 November 1946.


Puncak Peristiwa
Sebenarnya sebelumnya I Gusti Ngurah Rai sempat mencium pergerakan Belanda dan langsung memindahkan pasukannya ke Desa Marga.
Mereka menyusuri wilayah ujung timur Pulau Bali, termasuk melintasi Gunung Agung.

7.Petempuran 5 Hari Di Semarang
 Pertempuran lima hari di Semarang, Jawa Tengah rutin diperingati setiap tahunnya. Peringatan digelar di kawasan Tugu Muda Semarang. Pertempuran tersebut merupakan perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi.
IDN Times memberikan kisah terkait pertempuran tersebut, melansir dari laman resmi PT Djakarta Lloyd (Persero). Adanya ulasan ini akan menambah khazanah sejarah Indonesia.
Setelah Hirosima dan Nagasaki dibom atom oleh tentara Sekutu pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Selanjutnya, tentara Sekutu menugaskan kepada Komandan South East Asian Command (SEAC) atau Komandan tentara Sekutu Asia Tenggara, Laksamana Madya Lord Louis Mounbatten untuk membebaskan Indonesia dari Jepang serta melucuti persenjataannya.
Ternyata yang mendarat terlebih dahulu di Jawa adalah Divisi India XXIII yang dipimpin oleh seorang panglima, Mayor Jenderal D.C. Hawthorn. Selanjutnya Divisi India XXIII yang terdiri dari tiga brigade dibagi-bagi tugasnya masing-masing. Brigade “Bethel” dikirim ke Semarang, Brigade “Mc Donald” dikirim ke Bandung, serta Brigade ke-49 didaratkan ke Surabaya.